Menjadi
wartawan handal adalah sebuah cita-cita dan idealisme yang sangat layak diraih
pada saat ini terutama kaum muda,begitu juga dengan saya. Profesi Jurnalis
adalah sebuah pekerjaan yang sangat menantang , komplek, bergengsi, penuh
resiko dan bahaya, merangsang bergairah sekaligus menebar semangat kecerdasan,
profesionalisme, pengetahuan dan integritas tinggi.
Sejak era
reformasi dimulai, dunia pers menjajikan pekerjaan jurnalistik yang
menantang kepada generasi muda yang terampil dan ulet. Banyak penerbit bulletin, majalah, tabloid atau
Koran harian, maka banyak tenaga jurnalis dibutuhkan. Keterampilan jurnalistik
harus terasah dan diasah sehingga menjadi wartawan yang professional, wartawan
yang punya wawasan, wartawan yang punya kepribadian dan wartawan yang punya
keahlian. Wartawan atau sering diseput kuli tinta, kuli disket
atau flesh dish, harus menyadari perannnya dalam memajukan kehidupan berbangsa
dan bernegara, bukan mengacaukan bangsa, bukan mengamankan pengacau bangsa,
bukan membiarkan carut marit ketakberaturan penyelenggaraan Negara.
Era reformasi
ini banyak penerbit karya jurnalisitik yang bersiupp, atau hanya berpayung UU
Pers. Fred S Siebert –Thiodore Peterson dan Wilbur Schramm pernah mengatakan
empat teori pers dunia.
Pertama, teori
pers libertarian yang tujuan utamanya adalah mendukung dan memajukan kebijakan
pemerintah yang berkuasa dan mengabdi kepada Negara dengan pencitraan.
Kedua, teori
pers yang tujuan utamanya adalah memberikan informasi, menghibur, dan
berjualan, tetapi terutama untuk membantu menemukan kebenaran dan mengawasi
pemerintah.
Ketiga, teori
pers tanggung jawab sosial (social responsibility) yang bertujuan adalah
memberikan informasi, menghibur dan berjualan tetapi terutama mengangkat
konflik sampai ketingkatan yang
ke empat
teori pers soviet-komunis yang bertujuan untuk memberikan sumbangsih
terhadap keberhasilandan keberlanjutan system sosialis Soviet dan terutama
kediktatoran partai.
Jadi para jurnalis Indonesia sebaiknya menyadari perannya itu secara benar.
Untuk memajukan negara ini tentu
terpulang dari wartawan profesional itu sendiri menjadikan handal.
Ini beberapa teknik menjadi jurnalis handal
Teknik Reporter
Profesi reporter merupakan ujung tombak di dalam dunia jurnalistik. Bagaimana isu-isu di masyarakat dicari sumber informasinya, hingga kemudian dikemas ke dalam sebuah artikel yang menarik dan layak untuk dibaca merupakan deskripsi sederhana kerja seorang reporter. Namun di balik itu semua dibutuhkan teknik-teknik dan juga trik khusus di dalam melakukan reportase dan menulis sebuah artikel. Di dalam tulisan ini, akan dibahas secara tuntas bagaimana teknik reportase, dan menulis artikel jurnalistik yang baik.
Profesi reporter merupakan ujung tombak di dalam dunia jurnalistik. Bagaimana isu-isu di masyarakat dicari sumber informasinya, hingga kemudian dikemas ke dalam sebuah artikel yang menarik dan layak untuk dibaca merupakan deskripsi sederhana kerja seorang reporter. Namun di balik itu semua dibutuhkan teknik-teknik dan juga trik khusus di dalam melakukan reportase dan menulis sebuah artikel. Di dalam tulisan ini, akan dibahas secara tuntas bagaimana teknik reportase, dan menulis artikel jurnalistik yang baik.
Kerja seorang reporter
Reportase merupakan pekerjaan dimana kita harus seratus persen focus dan bertanggung jawab di dalamnya. Jika kita hanya setengah2 dan tidak tuntas di dalam bekerja akan terjadi missing di masyarakat yang bisa saja menjadi masalah besar dengan pertanggungjawaban yang besar pula. Namun menjadi reporter bukan melulu akan menjadi profesi yang menyebalkan dan membosankan. Itu semua tergantung dengan bagaimana kita mengerjakannya. Jika kita mengerjakannya dengan sepenuh hati, niat yang baik untuk memberikan informasi kepada masyarakat, dan juga menjalin hubungan baik dengan orang lain, niscaya pekerjaan reporter akan menjadi profesi yang sangat menyenangkan.
Reportase merupakan pekerjaan dimana kita harus seratus persen focus dan bertanggung jawab di dalamnya. Jika kita hanya setengah2 dan tidak tuntas di dalam bekerja akan terjadi missing di masyarakat yang bisa saja menjadi masalah besar dengan pertanggungjawaban yang besar pula. Namun menjadi reporter bukan melulu akan menjadi profesi yang menyebalkan dan membosankan. Itu semua tergantung dengan bagaimana kita mengerjakannya. Jika kita mengerjakannya dengan sepenuh hati, niat yang baik untuk memberikan informasi kepada masyarakat, dan juga menjalin hubungan baik dengan orang lain, niscaya pekerjaan reporter akan menjadi profesi yang sangat menyenangkan.
a. Menanggapi isu yang berkembang
Kerja awal reporter adalah menghadapi isu-isu yang berkembang di masyarakat. Seperti contoh isu tentang aliran dan Bank Century untuk kampanye SBY. Sebagai reporter yang baik, langkah awal setelah mendengar adanya isu adalah berpikir netral. Ubah niat kita menjadi untuk mencari kebenaran bukan untuk menyudutkan salah satu pihak.
b. Mencari sumber dan data terkait yang valid
Setelah menanggapi isu tersebut, ditindaklanjuti dengan mencari sumber dan data terkait yang valid. Data yang dicari bisa merupakan data primer yaitu langsung kepada narasumber terkait, dan juga data sekunder yaitu data literature yang valid dari sumber terpercaya.
c. Proses wawancara dan pencarian data literature
Proses ini merupakan proses terpenting di dalam kerja seorang reporter. Antara data primer dan data sekunder sama pentingnya, namun di dalam proses ini data primer harus didahulukan. Hal tersebut karena terkadang data sekunder dari sumber terpercaya pun bisa saja direkayasa oleh pihak tertentu. Berbeda dengan data primer, saat kita bertemu face to face dengan narasumber terkait, akan terasa atmosfer berbeda dan disinilah sifat kritis reporter diperlukan di dalam menginvestigasi narasumber.
d. Proses peredaksian.
Data yang telah didapatkan kemudian dikumpulkan, khusus untuk data primer reporter wajib untuk membuat verbatim, yaitu sebuah catatan lengkap tanya jawab pada saat melakukan wawancara. Tidak lupa data primer dan sekunder dilakukan uji cross, sehingga pastikan data sinkron sebelum masuk ke tahap penulisan artikel.
e. Proses penulisan
Proses penulisan artikel merupakan tahap akhir di dalam kerja reporter. Setelah isu ditanggapi, dicari tahu kebenarannya, dan diolah datanya tiba saatnya reporter mengejawantahkannya ke dalam bentuk tulisan. Inti dari proses ini adalah berjiwa kritis. Pada proses awal tadi sempat dijelaskan bahwa niat awal kita adalah netral. Namun pada saat penulisan kita harus memberikan info sebenar-benarnya. Reporter harus mengeluarkan pemikiran kritisnya, namun tetap cerdas, mematuhi etika, dan tidak membabi buta dalam mengemukakan fakta informasi.
Teknik Jitu Dalam Pencarian Data
Telah diutarakan sebelumnya bahwa data terbagi atas data primer yang langsung kepada narasumber terkait dan data sekunder berupa data literature dari sumber yang terpercaya. Untuk tiap data tersebut terdapat tips khusus agar reporter bisa maksimal dalam bekerja.
a. Tips untuk data primer (wawancara langsung narasumber).
- Reporter harus mau bekerja keras dan berani. Sehingga siapapun narasumbernya reporter tersebut tidak gentar. Terkadang narasumber tertentu sulit untuk ditemui. Reporter yang baik harus cekatan membuat janji dengan narasumbernya, terkadang jika kita beruntung cobalah untuk datangi langsung kantornya, biasanya kesempatan untuk wawancara bisa langsung dating. Jangan jadi reporter yang malas dan manja!
- Reporter harus siap dengan pertanyaannya. Kembangkan jiwa kritis kalian pada saat wawancara. Jangan hanya mengangguk dan mudah berkata iya terhadap semua jawaban narasumber. Lagi-lagi kita harus konsentrasi penuh terhadap narasumber. Sehingga kita dapat memberikan tanggapan yang tepat pada saat itu juga.
- Reporter harus menggiring narasumber kepada permasalahan, bukan sebaliknya. Sebagai reporter kita harus bermain cantik dengan tidak to the point saat wawancara berlangsung. Hal ini untuk menghindari narasumber yang malah akan menjadi malas untuk diwawancara.
- Reporter harus efektif dan efisien dalam wawancara. Reporter harus memiliki perkiraan waktu yang tepat. Biasanya sesaat sebelum wawancara dimulai, antara reporter dan narasumber terjadi kesepakatan waktu wawancara. Reporter harus dapat memperkirakan berapa waktu untuk berbasa-basi dan berapa waktu untuk pertanyaan yang berhubungan dengan akar permasalahan.
- Reporter harus mampu mengendalikan permainan. Terkadang ada narasumber yang cenderung ingin menguasai jalannya wawancara, menjawab berputar-putar, dan mengalihkan pembicaraan. Kunci untuk menghadapi masalah ini adalah ketahuilah terlebih dahulu dasar-dasar permasalahannya, dan perbanyaklah pengalaman. Karena keahlian wawancara tidak akan muncul pada saat pertama kali. Dibutuhkan pengalaman yang banyak sehingga kita terbiasa berbincang dengan orang lain, hingga tahu psikologis orang yang kita wawancarai.
- Gunakan kalimat yang sopan dan baik, karena narasumber ingin selalu dihargai atas waktu dan kesempatan yang ia berikan untuk wawancara.
- Jadikan tiap kesempatan wawancara menjadi tempat untuk menjalin relasi. Sehingga kapanpun kita membutuhkan wawancaranya lagi, dengan senang hati narasumber yang sama akan senang hati menerima anda.
b. Tips untuk data sekunder
- Kunjungi situs online resmi, untuk mencari data terkait. Ingat data tidak boleh sembarangan!
- Jika tidak terdapat situs resmi, kunjungilah instansi terkait. Tanyakan data yang anda butuhkan saat itu juga.
- Cari data lewat buku-buku dengan kutipan dan daftar pustaka yang jelas. Coba cek melalui daftar pustaka, data-data yang mungkin berhubungan. (OS)
Semoga bermanfaat :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar