Rabu, 12 Desember 2012

cerpen


BAKTIKU DAN PENGGORBANANKU DEMI IBUKU
kebanyakan kaum hawa yang dikatakan memasuki fase remaja, mereka lebih memilih untuk lebih menghabiskan waktu mereka dengan bersenang-senang, bahkan mereka selalu berpakaian rapi, bersepatu hak tinggi, langsing, rambut sebahu, berombak rapi,dan selalu tampil modis.
Berbeda dengan seorang remaja yang sangat patuh dengan ibunya, anak itu bernama Aista usiannya baru 17 tahun, selepas kepergian ayahnya yang wafat saat Aista beranjak usia 11 tahun, praktis dia menjadi tulang punggung keluarganya, ia hidup bertiga dengan ibu dan adik perempuannya yang berusia 11 tahun di bawah Aista. Aista sangat berbakti dengan ibunya, ia juga rajin belajar dan suka menabung, Aista belajar di SMP Harapan Mulia, dia juga terbilang anak yang rajin dan sangat menghormati gurunya.
Suatu hari ibunya Aista sakit, karena sakitnya sudah sangat parah, pagi itu Aista memutuskan untuk tidak bersekolah belajar seperti biasanya, ia mau memeriksakan ibunya ke dokter di kota, Aista menggendong ibunya, sedangkan adik perempuannya berjalan di belakang sambil membawa semua keperluan ibunya, kota yang dituju dimana dokter itu berpraktek jauhnya sekitar 10 kilo meter, sedangkan Aista tidak mempunyai uang sepersenpun untuk naik angkot menuju tempat praktek dokter dan hari itu hujan lebat. Di tengah-tengah kebingungan adik dan ibunya pun mengeluh, Aista segera mendudukan ibunya disebuah gubuk dipinggir sungai, namun ibunya sudah keburu pinsan, Aista sangat khawatir, apalagi ketika diraba dahinya, panasnya kembali naik.
“Adik kamu tunggu sebentar disini” ucap Aista dengan raut muka sedih sambil bergegas menggendong ibunya .
“mbak mau kemana??” jawab adik.
“mbak harus segera sampai ditempat dokter, ibu sudah sangat parah sakitnya”
“tapi mbak sekarang hujan lebat nanti mbak sakit, apalagi tempat praktek dokter sangat jauh”
“tidak dek, kalu ibu tidak di bawa cepat nanti ibu nambah parah” ucap Aista sambil menanggis.
“ok kalau begitu, aku akan ikut mbak, aku tidak ingin sendiri disini”
“tapi dek ini hujan sangat lebat nanti kamu sakit, biarkan mbak saja yang pergi kamu doakan saja mbak semoga cepat sampai” dengan nada yang sedih.
“TIDAK (dengan nada tinggi), mbak aku harus ikut, kita harus berjuang sama-sama”
“tapi dek!!(aista terdiam sejenak), ok la ayo kita buru-buru berangkat nanti ibu nambah parah” ujar Aista
“iya mbak” jawab adik
Dengan perjuangan yang keras Aista,ibu, serta adiknya sampai di tempat praktek dokter.
“dokterrrr tolong ibu saya, ibu saya sakit parah, tolong dok” Tegas Aista sambil menanggis
“maaf kamu tunggu sebentar, banyak pasien yang mengantri” jawab suster
“aku mohon suster,tolong ibu saya, kalu tidak cepat di tolong nanti ada apa-apa dengan ibu saya” dengan berlutut kepada suster sambil menanggis.
Akhirnya dokter pun luluh dan mempersilahkan Aista untuk masuk keruangan agar ibunya cepat di tanggani. Dokter pun keluar dari ruangan ibunya aista. Dengan cemas dokter mengatakan tentang hal penyakit yang diderita oleh ibunya.
“dok bagaimana keadaan ibu saya” tanya aista dengan raut muka cemas
“iiibbbuu kamu !!(terdiam sejenak)”
“apa dokter” tanya adik.
“ dengan sangat menyesal saya mengatakannya, sebelumnya saya minta maaf, kalian yang sabar, ibu kalian menderita penyaki kanker otak stadium lanjut” jawab dokter dengan raut muka sedih
“apa,,,!!(dengan terkejut), tidak mungkin dokter, ibu saya tidak mungkin menderita penyakit tersebut, apa yang harus kami lakukan untuk menolong ibu saya” sambil menanggis
“jalan terbaiknya adalah dengan kita mengoprasi ibu kalian” dengan tegas
“oprasi, apa tidak ada jalan yang lain selain oprasi???, uang yang di perlukan untuk oprasi sekitar berapa dokter” tanya aista dengan mula murung.
“ tidak ada hanya oprasilah janlan satu-satunya, uang yang diperlukan untuk oprasi sekitar 10 juta” jawab dokter
“astaufirullah, ya Allah betapa berat cobaan yang engkau berikan, dan bertubi-tubi” ungkap aista sambil menaggis dan terduduk lemas.
Dokter pun pergi meninggalkan aista dan adiknya
Keesokan harinya disekolah
Sela melihat Aista sendirian di kelas niat untuk jahil pun muncul, lalu niat jahil pun mendadak hilang saat melihat wajah Aista murung,
Tumben biasanya selalu ceria dan penuh semangat, sekarang kok loyo dan tidak bersemangat, batin Sela.
“ada apa Aista, kamu sakit??” apa ada masalh??” Sela bertanya dengan hati-hati
“enggak!!” jawab Aista singkat.
“Eemm,,, biasanya kamu bersemangat sekali, tapi kok hari ini kamu tidak bersemangat , kamu cerita saja” tanya Sela
“Gini Sela ibuku sakit keras, dia membutuhkan uang yang sangat banyak untuk ibu operasi, aku harus bagaimana aku binggung mau mencari uang buat operasi ibu” ungkap Aista panjang lebar dengan mimik muka yang sedih.
“Oh.......... itu ternyata masalahnya, bagaimana cara aku bantui kamu” ujar Sela.
“ya, udah nggak apa-apa kok” jawab Aista
“oh.... ya Aista, aku hampir saja lupa, ada lomba pembuatan robot, hadiahnya lumayan juara 1 beasiswa sekolah dari S1 – S3 ke cina, juara 2 beasiswa ke jerman, juara 3 uang 50 juta rupiah, hadiahnya lumayan, kamukan cerdas dan pinter pasti kamu bisa jadi juara hitung-hitung kamu berbakti kepada ibu mu dan guru-guru, kamu dapat membuat mereka bangga dan mengharumkan nama sekolah” ujar Sela panjang lebar.
“yang bener Sela, pendaftarannya dimana??” tanya Aista
“pendaftarannya online ni situsnya www.prestasirobot.com
“ok aku akan mendaftar juara 3 itu sudah cukup bagi aku, yang penting aku mempunyai uang untuk oprasi ibu” ungkap Aista
“ ya ampun Aista, semua orang berharap untuk menjadi yang nomor satu, bukan yang nomor 3tiga kamu benar-benar konyol ya Aista” jawab Sela
“hahaha... kamu Sela, yang aku butuhkan sekarang bukanlah beasiswa tapi yang aku butuhkan adalah uang buat ibu saya”
“kamu memang benar-benar anak yang baik Aista, kamu memang anak yang berbakti kepada orang tua mu” dengan nada rendah
“haduh jadi terharu aku, Sela sekali lagi aku terimah kasih ya” ungkap Aista dengan mimik muka bahagia
“okla  Aista sama-sama sukses selalu ya”
“ok makasih ya”
Di rumah sakit
Aista bercerit a kepada Adik dan Ibunya bahwa Aisata akan mengikuti lomba pembuatan robot
“Assalamualaikum” ungkap Aista
“waalaikumsalam wr.wb” jawab ibu dan Adik
“bagaimana kabar ibu?” tanya Aista dengan ibu
“alhamdulilah ibu sedikit agak lumayan, walau kepala Ibu masih sangat sakit”
“ibu banyak-banyak istirahat ya, jangan memikirkan yang macem-macem”
“iya nak”
“oh ya bu, Aista mengikuti lomba pembuatan robot” ujar Aista dengan senang
“syukurlah, semangat ya nak, semoga kamu menjadi juara yang pertama” jawab ibu dengan singkat
“tidak bu, Aista hanya ingin juara ke-3”
“la kok juara ke-3 Mbak?” sambung Adik
“karena juara pertama beasiswa sekolah dari S1-S3 ke cina, juara dua beasiswa ke jerman, juara tiga uang  Rp.50.000000,- Mbak membutuhkan uang karena pada saat ini kita sangat membutuhkan uang, uang untuk bayar sekolah,rumah sakit, dan operasi Ibu” ungkap Aista panjang lebar
“tapi kan Mbak juara pertama itu hadiahnya lumayan, demi masa depan Mbak” jawab Adik dengan heran
“tidak dek, yang ada di pikiran Mbak sekarang hanya kesembuhan Ibu, Mbak belum memikirkan hal itu”
“Ya sudah Mbak, Adek kalian jangan berdebat, mau juara berapapun Mbak Aista, ya,,,,,, kita patut untuk mensyukurinya, ibu terima kasih Aista kamu berkorban demi Ibu nak, Ibu bangga dengan kamu nak..” ungkap ibu sambil menghusap kepala Aista.
“iya bu, baktiku dan pengorbananku demi ibu, aku sayang dengan Ibu(Aista memeluk Ibunya), ibu tetap semangat ya bu, Aista yakin Ibu pasti sembuh” dengan menaggis
Hari perlombaan pun dimulai dengan bangganya Aista mengikuti lomba tingkat internasional, tahap demi tahap Aista lalui dan akhirnya babak finalpun ia jalanni dengan tersisa empat orang lagi termasuk Aista.
Aista dan ibu Nadin istirahat sejenak sambil menunggu babak final dimulai.
“Aista jangan gerogi ya nak”ungkap guru Aista
“iya bu, selalu doakan Aista” jawab Asta dengan nada lembut
“iya selalu nak, ibu dan guru-guru yang lain berharap Aista mendapatkan juara 1”
“tidak bu, Aista tidak mengharapkan hal itu, yang Aista harapkan yaitu Aista mendapatkan juara 3, Aista benar-benar memerlukan uang untuk pengobatan Ibu”
“iya Aista, tapi guru-guru semuanya berharap begitu, tapi ya semuanya tergantung Aista” ungkap guru  Aista sambil tersenyum kecil.
Babak final pun dimulai, Aista dengan mudahnya mempresentasikan robot hasil ciptaannya, hal tersebut membuat kagum para juri dan guru-guru Aista yang menyaksikan pertunjukkan Aista
“Aista kamu benar-benar hebat, kamu memang cerdas” ungkap guru sambil menggangkat kedua jempolnya
“terima kasih bu atas pujiannya, Aista rasanya ingin terbang, karena ibu memuji Aista” jawab Aista sambil tersenyum kecil
“iya nak kamu patut untuk di puji”
“makasih bu” ungkap Aista dengan singkat
Babakfinal pun sudah dilaksanakan, Aista dan guru-gurunya istirahat, sambil menunggu pengumuman.
Pengumuman pun dimulai
“selamat sore semuanya, saya berdiri disini untuk mengumumkan hasil pemenang, baiklah semuanya sudah pada penasaran, saya akan langsung mengumumkan pemenag” ungkap juri dengan tegas
“Aduh kenapa aku dek-dekan ya, mudah-mudahan ya Allah engkau memberikan yang terbaik, AMIN” Batin Aista
“baikla saya akan mengumumkan juara ketiga yaitu Handayani dari SMA Tunas Bangsa, juara ke dua yaitu Ahmad Fuzan dari SMA Negeri 164,  na ini dia juara pertama yaitu Aista Ais Muhammad dari SMA Harapan Mulia” ungkap juri
Sorak-sorak dan tepuk tangan mengiringi Aista
‘selamat ya nak, kamu menang” ungkap guru sambil mencium pipi Aista
“iya bu” jawab dengan singkat
Aista maju kedepan dengan memasang mimik muka sedih
Pembagian hadiah pun sudah dilaksanakan
Keesokan harinya
Teman-teman Aista mengajak Aista ke lestoran Mc. Donald. Di lestoran Aista sendirian dan
Aista sedang asyik mengamati orang lalu-lalang di restoran lalu bahunya di tepuk seseorang
“Aista, sombong banget kamu, ya! Di panggil dari tadi nggak noleh-noleh!” ujar Andi Aista yang langsung mengambil tempat duduk disampinnya.
“enngak kok” dengan gagu
“loe kenapa Aista, muka kamu kusut banget kayak enggak di strika” tanya Kesya Aista dengan lembut
“sakit yang di derita  Ibuku semakin parah sakitnya, aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tidak punya uang untuk pengobatan ibu”
“na bukanya kamu menang dalam perlombaan” tanya Andi dengan heran
“aku mendapatkan beasiswa, bukan uang, hua.......” dengan menagis
“Hussss..... jangan nangis kencang-kencang malu tau” Kesya membekap mulut Aista
“Mmm...mmm” Aista berusaha membuka bekapan Kesya
“hos...hos.. nggak bisa napas tau!” Aista sambil menghapus air matanya
“Biar kamu nggak sedi lagi, aku traktir burger, eskrim, Mc donald, mau kan” terang Andi
“hu.. makan aja lu, langsung seneng”
Aista,Kesya dan Andi pun memesan makanan ini dan itu
Mas-mas Mc Donald pun menghampiri mereka
“mas saya pesen Big Burger 2, Sundaenya 3” ungkap Aista jelas
“buseet! Kamu ngilangi sedih apa laper ni?” Kesya dengan muka keheranan
“tapi aku heran deh” Andi dengan heran
“heran kenapa?” tanya Aista
“kamu makan segitu banyaknya kagak gendut-gendut cacingan kali ya?” ujar Andi serius
“Buseet deh kamu, asal ngejeplak aja, aku olahragalah lagian aku juga jarang-jarang makan fast food kayak gini”, ujar Aista dengan nada tinggi
“oh ya Aista ada lomba tilawah ni, hadiahnya lumayan, kalau kamu menag kamu bisa gunakan uang itu untuk operasi dan pengobatan ibu kamu” ungkap Kesya
“serius” tanya Aista dengan serius
“dua rius malah, nanti aku daftarin deh”
“ok makasih ya Kesya”
Merekapun selesai makan, dan mereka pulang kerumah masing-masing
Di rumah sakit
“Asslamualaikum” ungkap Aista
“waalaikumsalam wr.wb” jawab ibu dan Adik
Aista mennyalami Ibunya
“bu doakan Aista ya, Aista ikut lomba tilawah”
“selalu nak” jawab ibu singkat
“mbak Adek ikut ya siapa tahu kita berdua menang”
“iya dek”
Perlombaan pun dimulai
Aista dan adiknya sudah menampilkan kemampuan mereka dengan semaksimal mungkin
Pengumumna pemenag pun akan segera di bacakan
“baiklah, selamat sore para peserta dan para penonton sekalian, saya akan membacakan pemenag perlombaan kita pada sore ini, baiklah saya akan mengumumkannya, juara pertama yaitu Aista Ais Muhammad, juara ke dua yaitu Adek kesya Kurnia, juara ketiga Muhammad”
Aista dan Adiknya pun langsung syujut syukur dan menangis bahagia
Merekapun naik kepanggung untuk menerima hadiah
“ Mbak alhamdulilah kita bisa secepatnya membawa ibu untuk oprasi” sambil memeluk Aista
“iya dek, alhamdulilah” dengan singakt
Mereka buru-buru pulang untuk mengabarkan berita baik ini kepada Ibu mereka, setelah sampai di rumah sakit bukan kabar gembira yang mereka akan sampaikan melainkan mereka mendapatkan kabar bahwa ibu mereka meninggal dunia.
“dok Ibu kenapa?” tanya Adek dengan cemas
“maaf kan saya, ibbbbuuu kalian telah meninggalakan kita semua” jawab dokter dengan gagu
“ibbbuuu, tidak mungkin dokter, ibu harus operasi dok, kami sudah punya uang dokter” ungkap adek dengan mimik muka sedih
“iiibbbbuuuuu” dengan menagis dan terduduk lemas
“Mbak ibu Mbak” Adek memeluk Aista
“iya dek,, mbak nggak bisa berbuat apa-apa, kita harus ikhlas menerima semuanya, kita sudah berkorban demi ibu, tapi Allah berkata lain, ikhlas kan ya dek” dengan menagis
“Allah benar-benar jahat kak, Allah sudah mengambil Ayah sekarang malah menggambil Ibu, harta kita satu-satunya” ungkap adek sambil menangis
“astaufirullah dek tidak boleh begitu, Allah sayang dengan kita, mungkin ini jalan terbaik buat Ibu dan kita, kamu sudah berbakti dengan Ibu, kamu sudah berkorban demi ibu, itu pasti membuat Ibu bangga dengan kamu”
“iiiiiiiiiiiiiiibbbbbuuuuuu” Adek berlari menghampiri Ibunya
Ibu Aista dan Adek pun dikebumikan
Hari demi hari, bulan demi bulan mereka lalui tampa Ayah dan Ibu mereka
Dan kini Aista sekolah di cina berkat beasiswa yang ia dapatkan sedangkan Adek di panti Asuhan sampai Aista pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar